greeting

Selamat datang di web kami
Selamat datang di web kami
Selamat datang di web kami
Selamat datang di web kami

Kamis, 07 Oktober 2010

SASTRAWAN KAMPUS

Sabtu, 28 Agustus 2010
ulasan drama
ANALISIS DIALOG DALAM DRAMA NASKAH LOS BAGADOS DE LOS PENCOS KARYA WS. RENDRA - Document Transcript
1. NAMA : MOCH ZAMRONI NIM : 301212411858 MK : KAJIAN DRAMA ANALISIS DIALOG DALAM DRAMA NASKAH LOS BAGADOS DE LOS PENCOS KARYA WS. RENDRA Landasan Teori Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog ini pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan di atas panggung. Bayangan pentas di atas panggung merupakan mimetik (tiruan) dari kehidupan sehari-hari, maka dialog yang ditulis mencerminkan pembicaraan sehari-hari. Dalam buku “Drama: Teori dan Pengajarannya” karya Herman Waluyo dituliskan bahwa beberapa ciri dialog dalam drama naskah adalah bersifat sebagai berikut :  Ragam Bahasa Lisan / Tutur  Diksi Sesuai Dengan Dramatic-action  Bersifat Estetis  Mewakili Kehidupan Tokoh Pembagian ini menjadi landasan teori dalam menganalisis dialog dalam drama naskah “Los Bagados De Los Pencos”. Yang akan kita lihat lebih jelasnya dalam analisis dibawah ini. 1. Ragam Bahasa Lisan / Tutur Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Dari segi gaya, ragam bahasa lisan cenderung kata-katanya lebih bebas dan kalimat-kalimatnya lebih efektif, tetapi kurang tertata rapi. Banyak naskah drama yang sulit dipentaskan karena dialognya bukan ragam bahasa tutur, tetapi ragam bahasa tulis. Adapun dalam naskah “Los Bagados De Los Pencos” kita bisa mendapatkan ciri ini seperti dalam contoh-contoh sebagai berikut :
2. 32. Linus : Dokter Rendra ! kami mohon dengan hormat, dengan amat sangat, agar kekuasaan rumah sakit ini Anda serahkan kepada kami segera. Kekuasaan dan pimpinan rumah sakit ini harus dipilih lewat pemilu, lima tahun sekali. Terapkanlah Pancasila dan UUD 1945 di tempat ini. 33. Dr : Tidak bisa, kalian semua pasien rumah sakit Rendra jiwa. Kalian orang-orang gila, jika Pancasila dan UUD 1945 diterapkan disini, itu namanya menghina ideologi negara. Kalian adalah pasien rumah sakit jiwa, itu berbahaya sekali lagi, tidak bisa. 34. : Dokter yang edan ! Anda tahu betapa kami Linus menderita dan sengsara harus makan bulgur dan daun singkong terus-terusan, kami semua kurang gizi dan makanan. Dari dialog diatas terlihat sekali bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan, dimana pada dialog 32 penuh dengan kalimat-kalimat seru yang berurutan hal ini sangatlah efektif karena tidak banyak kata-kata penjelas tetapi langsung pada inti permasalahan dan pengulangan kalimat perintah secara terus-menerus adalah suatu penegasan yang bisa mengembangkan ekspresi lakon dalam pentas. Begitu juga pada dialog 33 dan 34 meskipun bukan kalimat perintah tetapi kalimat pernyataan, tetapi diulang-ulang sedemikian rupa hingga menjadi lebih tegas untuk menguatkan ekspresi dan gagasan tokoh dalam pentas. Demikian pula dalam dialog di bawah ini : 41. Dedot : Ingat Dokter, ini rumah sakit jiwa. Hukum yang kita anut khusus untuk orang gila. 42. Dr : Tapi tidak boleh ada geng disini. Itu menyalahi Rendra aturan pemerintah dan kopkamtib kalian harus tertib. 43. : Prek prek prek dengan semua ini ! rumah sakit Linus jiwa harus diberi hukum khusus yang berbeda. Hukum di luar rumah sakit ini tidak berlaku bagi kami, dunia di luar rumah sakit ini adalah dunia orang-orang munafik, frustasi, tolol, himokrit, ambisius sekali. Padahal kami adalah orang-orang waras di bawah panji-panji Los Bagados De Los Pencos. Hidup Los Bagados De Los pencos !
3. Dialog diatas memakai kalimat-kalimat yang sangat efektif meskipun tidak serapi bahasa tulisan, karena memang bahasa yang digunakan adalah bahasa tutur/lisan dimana tidak banyak keterangan-keterangan melainkan langsung pada inti permasalahan, namun demikian dalam dialog 43 ada tertulis “prek prek prek” bahasa ini tidaklah mungkin bahasa tulis tetapi bahasa tutur. Juga dalam dialog di bawah ini : 44. Koor : Hidup Los Bagados De Los pencos ! 45. Dr : Apa sih arti dari Los Bagados De Los pencos Rendra itu ? 46. : Dalam bahasa kami artinya kemakmuran dan Emha kedamaian. 47. : Apa yang kalian maksud dengan kemakmuran Dr itu ? 48. Rendra : Kami dapat makan, minum dan tidur tanpa bekerja apa-apa Linus Disini untuk menjelaskan kata “Los Bagados De Los Pencos” tidaklah ditulis secara panjang lebar pada salah satu lakon, melainkan melalui dialog antara dokter dengan pasien sehingga kata yang digunakan cukup singkat tetapi jelas dan utuh. 2. Diksi Sesuai Dengan Dramatic-action Dalam dialog naskah drama diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic- action dari plot itu. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang pendeknya kata-kata dalam dialog berpengaruh terhadap konflik yang dibawakan lakon maupun terhadap irama permainan. Dalam drama Los Bagados De Los Pencos bisa kita lihat dari contoh-contoh dialog berikut : 11. Dr : Eddaaann, benar-benar suatu kemustahilan. 12. Rendra : Tapi menurut hemat saya, ini suatu kemajuan 13. Azwar : Loh kemajuankah ini ? apa maksudmu Pak Dr Mantri ? 14. Rendra : Kemajuan yang sungguh luar biasa. Dokter tahu selama ini yang rajin berdemonstrasi Azwar Cuma mahasiswa dan para pekerja yang menuntut kenaikan gaji mereka. Dalam sejarah baru sekaranglah terjadi demonstrasi orang- orang gila. Ini kemajuan yang luar biasa. 15. : Kemajuan edan-edanan ? Mungkin ini disebabkan karena di rumah sakit Dr ini juga dipelihara sejumlah seniman, mungkin
4. Rendra senimanlah yang kasak kusut sengaja membakar keaadaan. Edan keterlaluan Dari dialog 11 dan 12 dapat kita lihat bahwa kalimat yang digunakan cukup pendek karena untuk menguatkan titik puncak konflik antara dua tokoh diatas, dimana ketika dokter marah marah-marah dan mengumpat tetapi kemudian Azwar malah membuat pernyataan yang sebaliknya, justru ini dibuat sebagai pancingan agar dokter lebih marah, setelah sebelumnya pada dialog 14 kalimatnya lebih panjang untuk menurunkan emosi tokoh sebentar dan pada dialg 15 si dokter makin naik emosinya tepatnya dalam kalimat “Kemajuan edan-edanan ?”. pemilihan kata sesuai dramatic – action juga terdapat dalam contoh dialog berikut : 51. Dr : Contohnya bagaimana ? coba jelaskan kepada Rendra saya ! 52. : Kami boleh memukul Dokter dalam kebebasan, Linus dalam perdamaian. Asal saja dokter tidak merasa dirugikan. 53. : Jadi saya pun bisa memukul kalian jika saya Dr mau ? 54. Rendra : Silahkan Dokter, jika Anda memang berani. Dan pasti Anda akan kami keroyok sampai Linus mati, mau kena ini ? Bagaimana Dokter ? ikut atau tidak ? Disini dialog yag diucapkan cukup singkat-singkat karena efek konflik yang dihasilkan dari dialog ini lebih tinggi diperkuat lagi dengan dialog yang saling berlawanan antara dokter dan pasien. Lain halnya seandainya kalau dialog yang digunakan lebih panjang, tentu efek konflik yang dihasilkan kurang kuat. 3. Bersifat Estetis Dialog harus bersifat estetis, artinya memiliki keindahan bahasa. Kadang- kadang juga dituntut agar bersifat filosofis dan mampu mempengaruhi keindahan. Hal ini disebabkan karena kenyataan yang ditampilkan di pentas harus lebih indah dari kenyataan yang benar-benar terjadai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam naskah Los Bagados De Los Pencos bisa kita dapatkan ciri estetis dalam contoh berikut ini : 26. Mayon : Kami tidak butuh vitamin, kami butuh Puyung Hai 27. Emha : Kami tidak butuh vitamin, kami butuh Cap Jai
5. 28. Dedot : Kami tidak butuh vitamin, kami butuh Amoi 29. Shanghaii Koor : Berilah kami Bakso, berilah kami Soto 30. Linus : Hidup Bakso, hidup Soto, hidup Los Bagados De Los pencos 31. Koor : Hidup Los Bagados De Los pencos Dialog diatas sangat diperhatikan kata-katanya untuk nilai estetis, setiap tokoh bergantian mengucapkan kata yang sama dan berakhiran berbeda. Tetapi persajakan nya sama ( puyung hai, cap jai, among sanghai) juga dalam kata berikutnya (bakso, soto) sehingga menghasilkan irama yang enak didengar dan memiliki nilai estetis sebagai darama komedi. Demikian pula dalam dialog berikut : 65. Mayon : Seniman keropos kerjanya ndobos, bos. Bos. 66. Dr : Seniman keropos kerjanya ndobos, bos. Bos. Rendra 67. & Azwar : Seniman Yogya atos-atos, seniman Jakarta Dedot gembos-gembos. 68. : Seniman Yogya atos-atos, seniman Jakarta Dr gembos-gembos. Rendra & Azwar Dialog diatas memakai pengulangan-pengulangan kata yang diperhatikan seksama oleh penulis untuk menghasilkan nilai estetis sebagai drama komedi apalagi kalau ditambah dengan gerakan yang lucu oleh tokoh-tokohnya ditambah dengan musik yang menarik, pasti nilai estetisnya lebih kuat. 4. Mewakili Kehidupan Tokoh Dialog harus hidup, artinya mewakili tokoh-tokoh yang dibawakan. Watak secara psikologis, sosiologis, maupun fisiologis dapat diwakili oleh dialog itu. Dalam drama naskah Los Bagados De Los Pencos dapat ketia temukan ciri ini dalam dialog- dialog berikut ini : 01. Dr : Goblok! Jadi mantri kamu tidak bisa mengatasi Rendra kaum yang sinting dan majnun itu. Bisamu hanya mengadu, hanya melapor melulu dan pada akhirnya rumah sakit ini berantakan. 02. : Biar mampus Dokter, saya tidak kuasa demi Azwar Sigmun Freut, demi Carl Gustaf Jung. Saya sudah berusaha tapi segala-galanya sia-sia.
6. 03. : Tapi kamu ada disini, kamu mantri keamanan Dr yang mengatur stabilitas rumah sakit ini. Kamu Rendra digaji untuk bekerja bukan untuk makan minum dan sekedar tidur belaka 04. : Saya mengerti Dokter, semuanya sudah saya fahami sebagai mantri, dedikasi saya besar Azwar pada rumah sakit ini. Dari dialog diatas kita bisa memahami bahwa tokoh dokter memiliki watak yang perfeksionis, penuntut, dan seorang yang bertipe tau beres. Dan sosok orang yang menilai pekerjaan seseorang melalui materi (Kamu digaji untuk bekerja bukan untuk makan minum dan sekedar tidur belaka), karena karakter tersebut ada dalam dialog 01 maupun dialog 03 yang diucapkan oleh dokter kepada Azwar. Sedangkan sosok Azwar adalah sosok yang penurut, selalu berusaha bersikap baik kepada atasannya, dan sedikit memiliki sifat yang percaya diri (dedikasi saya besar pada rumah sakit ini). Dan Azwar adalah tokoh yang suka membaca filsafat tergambar dalam dialog “demi Sigmun Freut, demi Carl Gustaf Jung”. Lain halnya dalam dialog berikut ini : 18. Linus : Lapor Dokter, akibat ketiadaan alat tulis- menulis, maka saya sampaikan tuntutan secara lisan. 19. Dr : Marilah Dokter ikuti kami ke tiang gantungan ! Rendra Astaga. Mengapa saya harus digantung ? Nampak dari dialog diatas bahwa Linus adalah tokoh yang tidak banyak bicara, tetapi lugas, langsung pada persoalan, dan dia adalah sosok yang pengancam jelasnya bisa kita lihat dalam dialog 18 dimana setelah tokoh Linus menyampaikan latar belakang dia langsung menyampaikan tuntutan sekaligus mengancam. Penutup Dialog merupakan salah satu aspek yang esensial yang ada dalam drama. Unsur ini juga merupakan unsur yang memberikan warna tersendiri antara drama dengan karya sastra yang lainnya. Prosa diksi memiliki dialog yang terbatas sebab masih dapat dijabarkan melalui deskripsi. Dengan demikian, dapat dikatan bahwa dialog memiliki fungsi mengembangkan karakter dan elemen pemantau lakon. Karena
7. itu dalam naskah drama, dialog merupakan masalah dan elemen yang tidak bisa dikesampingkan . dalm arti bahwa dialog adalah elemen primer.
Bab II Pembahasan
2.1 Analisis Drama Para Jahanam
a Aspek Sintaksis
• Sinopsis drama Para Jahanam
Drama ini menceritakan kehidupan sebuah keluarga miskin yang tinggal dilinhkungan kumuh dan gubuk-gubuk yang reot di tepi kali comberan. Bau busuk hampir menyeruak tercium setiap pagi mengawali hari-hari mereka. Bagi mereka hidup adalah untuk bersenang-senang dan makan.
Sebuah keluarga tersebut terdiri dari seorang suami yang bernama Johari yang pekerjaannya setiap hari hanya melamun dan memikirkan wangsit yang datang padanya setiap kali dia mimpi. Sia menggunakan wangsit itu untuk memasang togel. Seorang istri yang bernama tumiyah seperti layaknya kehisupan istri biasanya yang pekerjaannya mengomel jika bahan makanan tidak ada dan minyak tanah tidak tersedia untuk memasak sementara sang suami kerjaanya hanya menuggu wangsit. Keluarga tersebut mempunyai anak laki-laki bernama Ujang yang hobinya pmengambil uang simpanan ibunya. Anak perempuan keluarga tersebut bernama Ros yang dia sudah bisa cari uang itupun pemberian dari pacarnya. Uang itu ia gunakan untuk makan dan membeli kosmetik.
Pak Johari selalu menghayalakan tinggal di rumah mewah perumahan Griya. Kalu dia menang togel kali ini dia akan membawa istrinya pindah ke rumah mewah itu dan bercengkrama dengan istrinya disana. Wangsit Pak johari ternyata meleset dia gagal, akhirnya Pak Johari pun mabuk dana baying istrinya yang bercengkarama dengannya di rumah mewah terbayang tetapi waktu di rumah bukannya masukk ke kamar istrinya malah dia salah masuk ke kamar anaknya Ros.
• Drama konvensional atau inkonvensional
Drama ini termasuk naskah drama konvensional karena drama ini masih mempertahankan bentuk asli keasaan sosial yang sitiru dari naskah tersebut.

• Skema Aktan dan Model Fungsional Drama Para Jahanam
Skema Aktan
Pengirim Objek Penerima
Wangsit Pak Johari tinggal di Griya Arta Pak Johari







Penolong Subjek Penentang
ramalan pak johari Pak Johari Tumiyah
si kontan Ros, Ujang
Model Fungsional

Situasi Awal Transformasi Situasi Akhir
Tahapan Uji Kecakapan Tahap Utama Tahap Keberhasilan
Pak Johari terlihat sibuk dengan tumpukan kertas yang ada di hadapannya, tiba-tiba dia ingat sesuatu syair yang dia buat karena tidak menemukan Pak Johari memanggil istriny. Pak Jaohari ingin tinggal di Griya Arta Pak Johari memikirkan merah selima lgi dan mulai menyambungkan mimpinya semalam tentang kalkun arab, namun istrinya Tumiyah marah apa tidak ada pekerjaan lain selain meramu syair-syairmu itu. Pak johari hampir selesai meramu syair-syairnya menjadi sebuah angka yang dianggapnya akan menjadi keberuntungannya hari itu. Pak johari ternyata wangsitnya gagal jadi dia tidak berhasil tinggal di Griya Arta yang mewah dan dapat bercengkrama dengan istrinya. Pak Johari gagal tinggal di Griya Arta.

b Aspek Semantik
• Watak para tokoh
Pak Johari pemalas seperti dalam dialog tumiyah” pa tidak ada pekerjaan lain selain meramal syair-syairmu itu, Pak Tua apa kau piker akan makan dengan berada si rumah terus, he? Ke pasar ke kemana saja. Aku sudah tak punya minyak tanah”
Tumiyah wataknya cerewet, pemarah seperti pada kalimat”tiba-tiba Tumiyah datang membawa ember plasti sambil emmbanting daun pintu tak ayal sumpah serapah keluar dari mulutnya sendiri”
Ujang wataknya suka mencuri, tidak menurut, tukang ngintipseperti pada kalimat”uangku yang 3000 perakyang kusimpan di lemari sudah dicuri ole si Ujang” lalu pada kalimat” kenapa bajumu basah?heh, aaa aku tahu, kau pasti ngintip janda kembang itu nmansi ya?”
Ros wataknya suka dandan dan pelit. Bisa dilihat pada kalimat” ros datang dengan membawa nasi bungkus dan memakannya sendiri dengan enak” dan pada kalimat Uangku hanya tinggal 2000 perak buat beli viva, bedakku habis”.
• Latar ruang dan waktu
Latar ruang : sebuah gubuk reot tepi comberan.
Latar waktu: pagi hari pada kalimat “pagi-pagi sudah mencuri”, siang hari pada kalimat “hingga pukul 12.00 siang, Kontan belum muncul”, malam hari pada kalimat” malam telah larut lampu miyak telah lama dinyalakan”.
• Tema drama
Setelah emmbaca drama Para Jahanam, drama ini mempunyai tema tentang kehidupan sosial.
c Aspek Pragmatik.
Bahasa yang digunakan para tokoh relatifekspresip dan lugas tidak berbelit-belit. Contoh:Ros: Enak saja bang Nasrul yang kasih aku lima ribu.
Johari: Keparat!Awas kamu Ros, aku doakan kamu nyahok dengan Nasrul.
8. Bab III Penutup
9.
3.1 Simpulan
Simpulan dari naskah drama diats lebih ke kehidupan soasial doimana naskah drama ini menceritakan bagimana kehidupan dikalangan masyarakat bawah yang tinggalnya di gubuk reot yang terbuat dari triplik dan kardus-kardus bekas. Mereka hidup hanya untuk makan dan bersenang-senang karena hidup mereka sudah susah masih untung bisamakan juga.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang ada didalamnya. Untuk itu penyusun mohon kerjasamanya.


Daftar Pustaka
Teeuw, A.2003.Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Wellek, Rene & Austin Warren.1993. Teori Kesussastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Luxemberg, Jan Van .1991. Tentang Sastra. Jakrta: Intermasa.
Pradopo, Rachanta Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
www.google.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar